ID/BG 17.3

Revision as of 06:02, 23 April 2018 by Gusti (talk | contribs) (Bhagavad-gita Compile Form edit)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA 3

sattvānurūpā sarvasya
śraddhā bhavati bhārata
śraddhā-mayo 'yaḿ puruṣo
yo yac-chraddhaḥ sa eva saḥ

Sinonim

sattva-anurūpā—menurut keadaan hidup; sarvasya—milik setiap orang; śraddhā—kepercayaan; bhavati—menjadi; Bhārata—wahai putera Bhārata ; śraddhā—kepercayaan; mayāḥ—penuh; ayam—ini; puruṣaḥ—makhluk hidup; yaḥ—yang; yat—yang mempunyai; śraddhaḥ—kepercayaan; saḥ—demikian; evā—pasti; saḥ—dia.

Terjemahan

Wahai putera Bhārata, menurut kehidupan seseorang di bawah berbagai sifat alam, ia mengembangkan jenis kepercayaan tertentu. Dikatakan bahwa makhluk hidup memiliki kepercayaan tertentu menurut sifat-sifat yang telah diperolehnya.

Penjelasan

Semua orang memiliki jenis kepercayaan tertentu, bagaimanapun kedudukannya. Namun kepercayaan itu ada yang bersifat baik, nafsu atau kebodohan sesuai sifat yang diperolehnya. Karena itu, menurut jenis kepercayaan tertentu yang dimilikinya, ia bergaul dengan orang tertentu. Kenyataan yang sebenarnya ialah bahwa setiap makhluk hidup pada awal adalah bagian percikan dari Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki sifat yang sama seperti Tuhan Yang Maha Esa. Ini dinyatakan dalam Bab Limabelas. Karena itu, pada permulaan seseorang melampaui segala sifat alam material tetapi apabila seseorang melupakan hubungannya kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan mengadakan hubungan dengan alam material dalam kehidupan yang terikat, ia mengembangkan kedudukannya sendiri melalui pergaulan dengan berbagai jenis alam material. Kepercayaan dan kehidupan yang tidak asli sebagai akibatnya hanya bersifat material. Walaupun seseorang barangkali diatur oleh suatu kesan, atau suatu paham hidup, pada permulaan ia bersifat nirguṇa, atau rohani. Karena itu, seseorang harus disucikan dari pengaruh material yang telah diperolehnya untuk memperoleh kembali hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Itulah satu-satunya jalan kembali tanpa rasa takut: Kesadaran Kṛṣṇa. Kalau seseorang mantap dalam kesadaran Kṛṣṇa, maka jalan tersebut terjamin agar ia diangkat sampai tingkat kesempurnaan. Kalau seseorang tidak mulai mengikuti jalan keinsafan diri tersebut, maka pasti ia diatur oleh sifat-sifat alam.

Kata śraddhā atau "kepercayaan," sangat bermakna di dalam ayat ini. Śraddhā, atau kepercayaan, pada permulaan berasal dari sifat kebaikan. Mungkin seseorang percaya kepada dewa atau Tuhan yang diciptakan orang atau sesuatu yang dibuat dalam pikiran. Kepercayaan kuat yang dimiliki seseorang seharusnya menghasilkan pekerjaan dalam sifat kebaikan material. Tetapi dalam kehidupan terikat yang bersifat material, tidak ada pekerjaan yang bersifat suci sepenuhnya. Pekerjaan tersebut bersifat campuran. Pekerjaan itu tidak berada dalam sifat kebaikan murni. Kebaikan murni bersifat rohani dan melampaui hal-hal duniawi; dalam kebaikan yang disucikan seseorang dapat memahami sifat sejati Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Selama kepercayaan seseorang belum mantap sepenuhnya dalam kebaikan murni kepercayaan dipengaruhi oleh salah satu sifat alam material. Pencemaran sifat-sifat alam material tersebar sampai ke hati. Karena itu, menurut kedudukan hati seseorang berhubungan dengan sifat alam material tertentu, kepercayaannya dimantapkan. Harus dimengerti bahwa kalau hati seseorang berada dalam sifat kebaikan, maka kepercayaannya juga berada dalam sifat kebaikan. Kalau hatinya berada dalam sifat nafsu, maka kepercayaannyapun dalam sifat nafsu. Kalau hatinya berada dalam sifat kegelapan, khayalan, maka kepercayaanpun dicemari seperti itu. Karena itu, kita menemukan berbagai jenis kepercayaan di dunia ini, dan berbagai jenis dharma menurut berbagai jenis kepercayaan. Prinsip sejati kepercayaan keagamaan berada dalam sifat kebaikan murni, tetapi oleh karena hati dicemari, kita menemukan berbagai jenis prinsip keagamaan. Jadi, ada berbagai jenis sembahyang menurut berbagai jenis kepercayaan.