ID/BG 2.62: Difference between revisions

(Bhagavad-gita Compile Form edit)
 
No edit summary
 
Line 5: Line 5:


==== ŚLOKA 62 ====
==== ŚLOKA 62 ====
<div class="devanagari">
:ध्यायतो विषयान्पुंसः सङ्गस्तेषूपजायते ।
:सङ्गात्सञ्जायते कामः कामात्क्रोधोऽभिजायते ॥६२॥
</div>


<div class="verse">
<div class="verse">
:''dhyāyato viṣayān puḿsaḥ''
:dhyāyato viṣayān puḿsaḥ
:''sańgas teṣūpajāyate''
:sańgas teṣūpajāyate
:''sańgāt sañjāyate kāmaḥ''
:sańgāt sañjāyate kāmaḥ
:''kāmāt krodho 'bhijāyate''
:kāmāt krodho 'bhijāyate
 
</div>
</div>


Line 17: Line 21:


<div class="synonyms">
<div class="synonyms">
dhyāyataḥ—sambil merenungkan; viṣayān—obyek-obyek indera; puḿsaḥ—mengenai seseorang; sańgaḥ—ikatan; teṣu—di dalam obyek-obyek indera; upajāyate—berkembang; sańgāt—dari ikatan itu; sañjāyate—berkembang; kāmaḥ—keinginan; kāmāt—dari keinginan; krodhaḥ—amarah; abhijāyate—terwujud.
''dhyāyataḥ''—sambil merenungkan; ''viṣayān''—obyek-obyek indria; ''puḿsaḥ''—mengenai seseorang; ''sańgaḥ''—ikatan; ''teṣu''—di dalam obyek-obyek indera; ''upajāyate''—berkembang; ''sańgāt''—dari ikatan itu; ''sañjāyate''—berkembang; ''kāmaḥ''—keinginan; ''kāmāt''—dari keinginan; ''krodhaḥ''—amarah; ''abhijāyate''—terwujud.
</div>
</div>


Line 23: Line 27:


<div class="translation">
<div class="translation">
Selama seseorang merenungkan obyek-obyek indera-indera, ikatan terhadap obyek-obyek indera itu berkembang. Dari ikatan seperti itu berkembanglah hawa nafsu, dan dari hawa nafsu timbullah amarah.
Selama seseorang merenungkan obyek-obyek indria-indria, ikatan terhadap obyek-obyek indria itu berkembang. Dari ikatan seperti itu berkembanglah hawa nafsu, dan dari hawa nafsu timbullah amarah.
</div>
</div>


Line 29: Line 33:


<div class="purport">
<div class="purport">
Orang yang belum sadar akan Kṛṣṇa mengalami keinginan duniawi selama ia merenungkan obyek-obyek indera. Indera-indera memerlukan kesibukan yang nyata, dan kalau indera-indera tidak digunakan dalam cinta-bhakti rohani kepada Tuhan, maka indera-indera pasti akan mencari kesibukan dalam pengabdian kepada keduniawian. Di dunia material, semua kepribadian, termasuk pula Śiva and Brahmā—apa lagi dewa-dewa lain di planet-planet surga - mengalami pengaruh obyek-obyek indera, dan satu-satunya cara untuk keluar dari teka-teki kehidupan material tersebut ialah menjadi sadar akan Kṛṣṇa. Deva Śiva bersemadi dengan khusuk, tetapi ketika Pārvatī menggoyahkannya untuk kesenangan indera-indera, Śiva mengabulkan permintaan itu, dan sebagai akibatnya Kārtikeya lahir. Haridāsa Ṭhākura, seorang penyembah Tuhan yang masih muda, juga digoda dengan cara yang serupa oleh penjelmaan Māyā-devī, tetapi Haridāsa lulus ujian tersebut dengan mudah karena bhaktinya yang murni kepada Sri Kṛṣṇa. Sebagaimana digambarkan dalam ayat Śrī Yāmunācārya yang disebut di atas, seorang penyembah Tuhan yang tulus ikhlas menghindari segala kenikmatan indera indera material karena selera yang lebih tinggi dalam hatinya untuk kenikmatan rohani berhubungan dengan Tuhan. Itulah rahasia sukses. Karena itu, orang yang tidak sadar akan Kṛṣṇa, biar bagaimana pun kekuatannya dalam mengendalikan indera-indera dengan cara menekan secara tidak wajar, akhirnya pasti gagal, sebab pikiran yang paling kecil sekalipun tentang kesenangan indera-indera akan menggoyahkan dirinya untuk memuaskan keinginannya
Orang yang belum sadar akan Kṛṣṇa mengalami keinginan duniawi selama ia merenungkan obyek-obyek indria. Indria-indria memerlukan kesibukan yang nyata, dan kalau indria-indria tidak digunakan dalam cinta-bhakti rohani kepada Tuhan, maka indria-indria pasti akan mencari kesibukan dalam pengabdian kepada keduniawian. Di dunia material, semua kepribadian, termasuk pula Śiva dan Brahmā—apa lagi dewa-dewa lain di planet-planet surga—mengalami pengaruh obyek-obyek indria, dan satu-satunya cara untuk keluar dari teka-teki kehidupan material tersebut ialah menjadi sadar akan Kṛṣṇa. Deva Śiva bersemadi dengan khusuk, tetapi ketika Pārvatī menggoyahkannya untuk kesenangan indria-indria, Śiva mengabulkan permintaan itu, dan sebagai akibatnya Kārtikeya lahir. Haridāsa Ṭhākura, seorang penyembah Tuhan yang masih muda, juga digoda dengan cara yang serupa oleh penjelmaan Māyā-devī, tetapi Haridāsa lulus ujian tersebut dengan mudah karena bhaktinya yang murni kepada Sri Kṛṣṇa. Sebagaimana digambarkan dalam ayat Śrī Yāmunācārya yang disebut di atas, seorang penyembah Tuhan yang tulus ikhlas menghindari segala kenikmatan indria-indria material karena selera yang lebih tinggi dalam hatinya untuk kenikmatan rohani berhubungan dengan Tuhan. Itulah rahasia sukses. Karena itu, orang yang tidak sadar akan Kṛṣṇa, biar bagaimana pun kekuatannya dalam mengendalikan indria-indria dengan cara menekan secara tidak wajar, akhirnya pasti gagal, sebab pikiran yang paling kecil sekalipun tentang kesenangan indria-indria akan menggoyahkan dirinya untuk memuaskan keinginannya
</div>
</div>



Latest revision as of 07:22, 16 October 2020

Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA 62

ध्यायतो विषयान्पुंसः सङ्गस्तेषूपजायते ।
सङ्गात्सञ्जायते कामः कामात्क्रोधोऽभिजायते ॥६२॥
dhyāyato viṣayān puḿsaḥ
sańgas teṣūpajāyate
sańgāt sañjāyate kāmaḥ
kāmāt krodho 'bhijāyate

Sinonim

dhyāyataḥ—sambil merenungkan; viṣayān—obyek-obyek indria; puḿsaḥ—mengenai seseorang; sańgaḥ—ikatan; teṣu—di dalam obyek-obyek indera; upajāyate—berkembang; sańgāt—dari ikatan itu; sañjāyate—berkembang; kāmaḥ—keinginan; kāmāt—dari keinginan; krodhaḥ—amarah; abhijāyate—terwujud.

Terjemahan

Selama seseorang merenungkan obyek-obyek indria-indria, ikatan terhadap obyek-obyek indria itu berkembang. Dari ikatan seperti itu berkembanglah hawa nafsu, dan dari hawa nafsu timbullah amarah.

Penjelasan

Orang yang belum sadar akan Kṛṣṇa mengalami keinginan duniawi selama ia merenungkan obyek-obyek indria. Indria-indria memerlukan kesibukan yang nyata, dan kalau indria-indria tidak digunakan dalam cinta-bhakti rohani kepada Tuhan, maka indria-indria pasti akan mencari kesibukan dalam pengabdian kepada keduniawian. Di dunia material, semua kepribadian, termasuk pula Śiva dan Brahmā—apa lagi dewa-dewa lain di planet-planet surga—mengalami pengaruh obyek-obyek indria, dan satu-satunya cara untuk keluar dari teka-teki kehidupan material tersebut ialah menjadi sadar akan Kṛṣṇa. Deva Śiva bersemadi dengan khusuk, tetapi ketika Pārvatī menggoyahkannya untuk kesenangan indria-indria, Śiva mengabulkan permintaan itu, dan sebagai akibatnya Kārtikeya lahir. Haridāsa Ṭhākura, seorang penyembah Tuhan yang masih muda, juga digoda dengan cara yang serupa oleh penjelmaan Māyā-devī, tetapi Haridāsa lulus ujian tersebut dengan mudah karena bhaktinya yang murni kepada Sri Kṛṣṇa. Sebagaimana digambarkan dalam ayat Śrī Yāmunācārya yang disebut di atas, seorang penyembah Tuhan yang tulus ikhlas menghindari segala kenikmatan indria-indria material karena selera yang lebih tinggi dalam hatinya untuk kenikmatan rohani berhubungan dengan Tuhan. Itulah rahasia sukses. Karena itu, orang yang tidak sadar akan Kṛṣṇa, biar bagaimana pun kekuatannya dalam mengendalikan indria-indria dengan cara menekan secara tidak wajar, akhirnya pasti gagal, sebab pikiran yang paling kecil sekalipun tentang kesenangan indria-indria akan menggoyahkan dirinya untuk memuaskan keinginannya