ID/Prabhupada 0271 - Nama Kṛṣṇa Adalah Acyuta. Beliau Tidak Pernah Gagal: Difference between revisions

(Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0271 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1973 Category:ID-Quotes...")
 
 
Line 7: Line 7:
[[Category:Indonesian Language]]
[[Category:Indonesian Language]]
<!-- END CATEGORY LIST -->
<!-- END CATEGORY LIST -->
<!-- BEGIN NAVIGATION BAR -- DO NOT EDIT OR REMOVE -->
{{1080 videos navigation - All Languages|Indonesian|ID/Prabhupada 0270 - Setiap Orang Memiliki Kecenderungan Alamiahnya Masing-masing|0270|ID/Prabhupada 0272 - Bhakti Itu Bersifat Rohani|0272}}
<!-- END NAVIGATION BAR -->
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK-->
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK-->
<div class="center">
<div class="center">
Line 15: Line 18:


<!-- BEGIN VIDEO LINK -->
<!-- BEGIN VIDEO LINK -->
{{youtube_right|vs3Qwy0eqUY|Nama Kṛṣṇa Adalah Acyuta. Beliau Tidak Pernah Gagal<br />- Prabhupāda 0271}}
{{youtube_right|IRLOiy1HzMU|Nama Kṛṣṇa Adalah Acyuta. Beliau Tidak Pernah Gagal<br />- Prabhupāda 0271}}
<!-- END VIDEO LINK -->
<!-- END VIDEO LINK -->


<!-- BEGIN AUDIO LINK -->
<!-- BEGIN AUDIO LINK -->
<mp3player>http://vaniquotes.org/w/images/730807BG.LON_clip2.mp3</mp3player>
<mp3player>https://s3.amazonaws.com/vanipedia/clip/730807BG.LON_clip2.mp3</mp3player>
<!-- END AUDIO LINK -->
<!-- END AUDIO LINK -->


<!-- BEGIN VANISOURCE LINK -->
<!-- BEGIN VANISOURCE LINK -->
'''[[Vanisource:Lecture on BG 2.10 -- London, August 16, 1973|Lecture on BG 2.10 -- London, August 16, 1973]]'''
'''[[Vanisource:730807 - Lecture BG 02.07 - London|Lecture on BG 2.7 -- London, August 7, 1973]]'''
<!-- END VANISOURCE LINK -->
<!-- END VANISOURCE LINK -->


<!-- BEGIN TRANSLATED TEXT -->
<!-- BEGIN TRANSLATED TEXT -->
Jadi, kualitasnya sama tetapi kuantitasnya berbeda. Karena kualitasnya sama, maka kita memiliki semua kecenderungan yang sama sebagaimana dengan yang dimiliki oleh Tuhan, sebagaimana dengan yang dimiliki oleh Kṛṣṇa. Kṛṣṇa memiliki kecenderungan untuk mencintai melalui potensi kegembiraanNya, Śrīmatī Rādhārāṇī. Sama halnya, karena kita adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Kṛṣṇa, maka kita juga memiliki kecenderungan untuk mencintai. Jadi , inilah svabhava. Tetapi ketika kita menjadi terhubung dengan dunia material ini ....... Kṛṣṇa tidak menjadi terhubung dengan dunia material ini. Karenanya, nama Kṛṣṇa adalah Acyuta. Beliau tidak pernah gagal. Tetapi kita cenderung untuk gagal, dan menjadi ada di bawah ....... Prakṛteḥ kriyamāṇāni. Kita sekarang ada di bawah pengaruh dari prakṛti. Prakṛteḥ kriyamāṇāni guṇaiḥ karmāṇi sarvaśaḥ. ([[Vanisource:BG 3.27|BG 3.27]]). Begitu kita jatuh ke dalam cengkeraman prakṛti ini, dunia material ini, yang artinya adalah ......... Prakṛti' tersusun dari tiga sifat, kebaikan, nafsu dan kebodohan. Jadi, kita dikuasai oleh satu dari sifat-sifat itu. Itulah penyebabnya, kāraṇaṁ guṇa-sanga. ([[Vanisource:BG 13.22|BG 13.22]]). Guṇa-saṅga. Artinya adalah pergaulan dengan sifat yang berbeda. Guna-saṅga asya jīvasya, dari makhluk hidup. Itulah penyebabnya. Seseorang bisa bertanya, "Jika makhluk hidup itu sama baiknya dengan Tuhan, lalu mengapa satu makhluk hidup menjadi seekor anjing, dan satu makhluk hidup lainnya menjadi dewa, menjadi Brahmā?" Sekarang, jawabannya adalah kāraṇam. Alasannya adalah guṇa-saṅga asya. Asya jīvasya guṇa-saṅga. Karena ia bergaul dengan suatu  guṇa. tertentu. Sattva-guṇa, rajo-guṇa, tamo-guṇa.  
Jadi, kualitasnya sama tetapi kuantitasnya berbeda. Karena kualitasnya sama, maka kita memiliki semua kecenderungan yang sama sebagaimana dengan yang dimiliki oleh Tuhan, sebagaimana dengan yang dimiliki oleh Kṛṣṇa. Kṛṣṇa memiliki kecenderungan untuk mencintai melalui potensi kegembiraanNya, Śrīmatī Rādhārāṇī. Sama halnya, karena kita adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Kṛṣṇa, maka kita juga memiliki kecenderungan untuk mencintai. Jadi , inilah svabhava. Tetapi ketika kita menjadi terhubung dengan dunia material ini ....... Kṛṣṇa tidak menjadi terhubung dengan dunia material ini. Karenanya, nama Kṛṣṇa adalah Acyuta. Beliau tidak pernah gagal. Tetapi kita cenderung untuk gagal, dan menjadi ada di bawah ....... Prakṛteḥ kriyamāṇāni. Kita sekarang ada di bawah pengaruh dari prakṛti. Prakṛteḥ kriyamāṇāni guṇaiḥ karmāṇi sarvaśaḥ. ([[ID/BG 3.27|BG 3.27]]). Begitu kita jatuh ke dalam cengkeraman prakṛti ini, dunia material ini, yang artinya adalah ......... Prakṛti' tersusun dari tiga sifat, kebaikan, nafsu dan kebodohan. Jadi, kita dikuasai oleh satu dari sifat-sifat itu. Itulah penyebabnya, kāraṇaṁ guṇa-sanga. ([[ID/BG 13.22|BG 13.22]]). Guṇa-saṅga. Artinya adalah pergaulan dengan sifat yang berbeda. Guna-saṅga asya jīvasya, dari makhluk hidup. Itulah penyebabnya. Seseorang bisa bertanya, "Jika makhluk hidup itu sama baiknya dengan Tuhan, lalu mengapa satu makhluk hidup menjadi seekor anjing, dan satu makhluk hidup lainnya menjadi dewa, menjadi Brahmā?" Sekarang, jawabannya adalah kāraṇam. Alasannya adalah guṇa-saṅga asya. Asya jīvasya guṇa-saṅga. Karena ia bergaul dengan suatu  guṇa. tertentu. Sattva-guṇa, rajo-guṇa, tamo-guṇa.  


Jadi, hal-hal inilah yang dijelaskan di dalam Upaniṣad dengan sangat jelas, bagaimana caranya guṇa-sanga bertindak. Seperti halnya api. Ada percikan-percikan api. Kadang-kadang percikan-percikan itu jatuh dari api. Ada tiga keadaan dari percikan api yang jatuh. Jika percikan api itu jatuh di atas rumput kering, maka ia akan dengan segera membakar rumput tersebut, rumput kering tersebut. Jika percikan api itu jatuh di atas rumput biasa, maka ia akan menyala untuk beberapa waktu, dan kemudian ia akan mati. Tetapi jika percikan api tadi jatuh ke dalam air, maka dengan segera percikan itu, sifat menyalanya itu akan mati. Jadi, mereka yang dikuasai oleh sattva-guṇa, sattva-guṇa, maka mereka itu cerdas. Mereka memiliki pengetahuan. Seperti halnya  brāhmaṇa. Dan mereka yang dikuasai oleh rajo-guṇa, mereka itu sibuk di dalam kegiatan-kegiatan material. Dan mereka yang dikuasai oleh tamo-guṇa, mereka itu malas dan pengantuk. Itu saja. Ini adalah ciri-cirinya. Tamo-guṇa berarti bahwa mereka itu sangat malas dan pengantuk. Rajo-guṇa berarti sangat aktif, namun keaktifannya sama seperti monyet. Sama halnya, para monyet itu sangatlah aktif, tetapi mereka semua itu berbahaya. Begitu.... Monyet-monyet itu, kamu tidak akan pernah melihat mereka tidak aktif. Di manapun mereka duduk, maka mereka akan selalu melakukan, "gat gat gat gat."  
Jadi, hal-hal inilah yang dijelaskan di dalam Upaniṣad dengan sangat jelas, bagaimana caranya guṇa-sanga bertindak. Seperti halnya api. Ada percikan-percikan api. Kadang-kadang percikan-percikan itu jatuh dari api. Ada tiga keadaan dari percikan api yang jatuh. Jika percikan api itu jatuh di atas rumput kering, maka ia akan dengan segera membakar rumput tersebut, rumput kering tersebut. Jika percikan api itu jatuh di atas rumput biasa, maka ia akan menyala untuk beberapa waktu, dan kemudian ia akan mati. Tetapi jika percikan api tadi jatuh ke dalam air, maka dengan segera percikan itu, sifat menyalanya itu akan mati. Jadi, mereka yang dikuasai oleh sattva-guṇa, sattva-guṇa, maka mereka itu cerdas. Mereka memiliki pengetahuan. Seperti halnya  brāhmaṇa. Dan mereka yang dikuasai oleh rajo-guṇa, mereka itu sibuk di dalam kegiatan-kegiatan material. Dan mereka yang dikuasai oleh tamo-guṇa, mereka itu malas dan pengantuk. Itu saja. Ini adalah ciri-cirinya. Tamo-guṇa berarti bahwa mereka itu sangat malas dan pengantuk. Rajo-guṇa berarti sangat aktif, namun keaktifannya sama seperti monyet. Sama halnya, para monyet itu sangatlah aktif, tetapi mereka semua itu berbahaya. Begitu.... Monyet-monyet itu, kamu tidak akan pernah melihat mereka tidak aktif. Di manapun mereka duduk, maka mereka akan selalu melakukan, "gat gat gat gat."  
<!-- END TRANSLATED TEXT -->
<!-- END TRANSLATED TEXT -->

Latest revision as of 12:37, 12 August 2021



Lecture on BG 2.7 -- London, August 7, 1973

Jadi, kualitasnya sama tetapi kuantitasnya berbeda. Karena kualitasnya sama, maka kita memiliki semua kecenderungan yang sama sebagaimana dengan yang dimiliki oleh Tuhan, sebagaimana dengan yang dimiliki oleh Kṛṣṇa. Kṛṣṇa memiliki kecenderungan untuk mencintai melalui potensi kegembiraanNya, Śrīmatī Rādhārāṇī. Sama halnya, karena kita adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Kṛṣṇa, maka kita juga memiliki kecenderungan untuk mencintai. Jadi , inilah svabhava. Tetapi ketika kita menjadi terhubung dengan dunia material ini ....... Kṛṣṇa tidak menjadi terhubung dengan dunia material ini. Karenanya, nama Kṛṣṇa adalah Acyuta. Beliau tidak pernah gagal. Tetapi kita cenderung untuk gagal, dan menjadi ada di bawah ....... Prakṛteḥ kriyamāṇāni. Kita sekarang ada di bawah pengaruh dari prakṛti. Prakṛteḥ kriyamāṇāni guṇaiḥ karmāṇi sarvaśaḥ. (BG 3.27). Begitu kita jatuh ke dalam cengkeraman prakṛti ini, dunia material ini, yang artinya adalah ......... Prakṛti' tersusun dari tiga sifat, kebaikan, nafsu dan kebodohan. Jadi, kita dikuasai oleh satu dari sifat-sifat itu. Itulah penyebabnya, kāraṇaṁ guṇa-sanga. (BG 13.22). Guṇa-saṅga. Artinya adalah pergaulan dengan sifat yang berbeda. Guna-saṅga asya jīvasya, dari makhluk hidup. Itulah penyebabnya. Seseorang bisa bertanya, "Jika makhluk hidup itu sama baiknya dengan Tuhan, lalu mengapa satu makhluk hidup menjadi seekor anjing, dan satu makhluk hidup lainnya menjadi dewa, menjadi Brahmā?" Sekarang, jawabannya adalah kāraṇam. Alasannya adalah guṇa-saṅga asya. Asya jīvasya guṇa-saṅga. Karena ia bergaul dengan suatu guṇa. tertentu. Sattva-guṇa, rajo-guṇa, tamo-guṇa.

Jadi, hal-hal inilah yang dijelaskan di dalam Upaniṣad dengan sangat jelas, bagaimana caranya guṇa-sanga bertindak. Seperti halnya api. Ada percikan-percikan api. Kadang-kadang percikan-percikan itu jatuh dari api. Ada tiga keadaan dari percikan api yang jatuh. Jika percikan api itu jatuh di atas rumput kering, maka ia akan dengan segera membakar rumput tersebut, rumput kering tersebut. Jika percikan api itu jatuh di atas rumput biasa, maka ia akan menyala untuk beberapa waktu, dan kemudian ia akan mati. Tetapi jika percikan api tadi jatuh ke dalam air, maka dengan segera percikan itu, sifat menyalanya itu akan mati. Jadi, mereka yang dikuasai oleh sattva-guṇa, sattva-guṇa, maka mereka itu cerdas. Mereka memiliki pengetahuan. Seperti halnya brāhmaṇa. Dan mereka yang dikuasai oleh rajo-guṇa, mereka itu sibuk di dalam kegiatan-kegiatan material. Dan mereka yang dikuasai oleh tamo-guṇa, mereka itu malas dan pengantuk. Itu saja. Ini adalah ciri-cirinya. Tamo-guṇa berarti bahwa mereka itu sangat malas dan pengantuk. Rajo-guṇa berarti sangat aktif, namun keaktifannya sama seperti monyet. Sama halnya, para monyet itu sangatlah aktif, tetapi mereka semua itu berbahaya. Begitu.... Monyet-monyet itu, kamu tidak akan pernah melihat mereka tidak aktif. Di manapun mereka duduk, maka mereka akan selalu melakukan, "gat gat gat gat."