ID/Prabhupada 0229 - Aku Ingin Menyaksikan Adanya Satu Murid Yang Telah Memahami Filsafat Mengenai Kṛṣṇa



Conversation with Indian Guests -- April 12, 1975, Hyderabad

Prabhupāda :

Kesulitannya adalah bahwa kita tidak mau hanya sekedar menjadi murid yang biasa. Yang hanya asal-asalan saja, pergi ke sana kemari, ke sana kemari, namun aku tetap masih sama saja. Ini adalah suatu ilmu pengetahuan. Veda mengatakan, tad vijñānārthaṁ sa gurum evābhigacchet. (MU 1.2.12). Jika kamu serius untuk mempelajarinya, tad vijñāna. Tad vijñānaṁ, gurum evābhigacchet. Kamu harus pergi kepada seorang guru bona fide yang bisa mengajarimu.

Namun tidak seorangpun yang serius. Itulah kesulitannya. Setiap orang berpikir, "Aku ini bebas," meskipun sebenarnya telinganya sedang dijewer oleh alam. Prakṛteḥ kriyamāṇāni guṇaiḥ karmāṇi sarvaśaḥ. (BG 3.27). Kamu telah melakukan yang seperti ini, ayolah, kemarilah, duduklah. Inilah yang sedang terjadi, prakṛti. Ahaṅkāra-vimūḍhātmā kartāham iti manyate. (BG 3.27). Sang bajingan, yang dibodohi oleh keakuan palsunya, ia berpikir, "Akulah segalanya. Aku bebas." Mereka yang berpikir seperti itu, mereka itu telah diuraikan di dalam Bhagavad-gītā, yaitu sebagai ahaṅkāra vimūḍhātmā. Yang keakuan palsunya telah dibingungkan dan menjadi berpikir bahwa, "Apa yang aku pikirkan adalah benar." Tidak, kamu tidak bisa berpikir menurut caramu. Kamu harus berpikir seperti yang dikatakan oleh Kṛṣṇa, maka kemudian kamu benar. Jika tidak, maka kamu sedang berpikir di bawah pesona māyā, itu saja.

Tribhir guṇamāyāir bhavair mohita
nā 'bhijānāti mām ebhyaḥ param avyayam
Mayādhyakṣeṇa prakṛti sūyate sa-carācaram
(BG 9.10).

Hal-hal ini ada di sana. Karenanya, bacalah Bhagavad-gītā dengan tekun, ikuti hukum dan peraturannya, maka hidupmu akan menjadi berhasil. Dan selama kamu masih berpikir, ini juga benar, itu juga benar, maka kamu tidak akan pernah melakukan hal yang benar. Kamu akan disesatkan. Itu saja. Bukan yang seperti itu ....... Apa yang dikatakan Kṛṣṇa, itulah yang benar. Itulah yang seharusnya menjadi (tidak jelas). Jika tidak, maka kamu akan disesatkan. Jadi, kita sedang berusaha untuk mengajarkan filsafat ini melalui cara tersebut. Mungkin, hanya ada sangat sedikit yang berminat, tetapi ekaś candras tamo hanti na cittara sahasra. Jika ada sebuah bulan, maka itu sudah mencukupi. Apa gunanya jutaan bintang yang berkelap-kelip.

Jadi, itulah usulan kita. Jika seseorang bisa memahami apa yang dimaksudkan dengan filsafat Kṛṣṇa, maka pengajaranku sudah berhasil. Itu saja. Kita tidak menghendaki jutaan bintang yang tidak bercahaya. Apa gunanya jutaan bintang yang tidak bercahaya itu? Itulah nasihat dari Cāṇakya Paṇḍita, varam eka putra na chavur kasatan api. Satu orang anak laki-laki, jika ia terpelajar, maka itu sudah mencukupi. Na chavur kasatan api. Apa gunanya ratusan anak laki-laki, tetapi semuanya penuh kebodohan dan bersifat bajingan? Ekaś candras tamo hanti na cittara sahasras. Satu buah bulan sudah mencukupi untuk menjadi penerang. Tidak perlu adanya jutaan bintang. Sama halnya, kita tidak sedang berusaha untuk mendapatkan jutaan murid. Aku ingin menyaksikan adanya satu murid yang telah memahami filsafat mengenai Kṛṣṇa. Itulah keberhasilan. Itu saja.

Kṛṣṇa berkata, yatatām api siddhānāṁ, kaścid vetti māṁ tattvataḥ. (BG 7.3). Jadi, pertama-tama, untuk menjadi siddha itu adalah pekerjaan yang sulit. Dan kemudian, yatatām api siddhānām. (BG 7.3). Itu masih tetap merupakan pekerjaan yang sulit. Karenanya, filsafat mengenai Kṛṣṇa itu hanya sedikit sulit untuk dipahami. Jika mereka memahami dengan mudahnya, maka itu sebenarnya bukanlah suatu pemahaman. Itu sangat mudah, itu sangat gampang, jika kamu menerima kata-kata Kṛṣṇa, itu sangatlah mudah. Di manakah letak kesulitannya? Kṛṣṇa berkata, man-manā bhava mad-bhakta, mad-yājī māṁ namaskuru, selalu berpikir tentangKu. Jadi, di mana letak kesulitannya? Kamu telah melihat gambar Kṛṣṇa, Arca Kṛṣṇa, dan jika kemudian kamu harus memikirkan Kṛṣṇa, di mana letak kesulitannya? Lagi pula, kita pasti harus memikirkan sesuatu. Jadi, sebagai ganti dari memikirkan sesuatu, mengapa tidak berpikir tentang Kṛṣṇa? Di mana letak kesulitannya?

Namun ia tidak menganggap serius mengenai hal itu. Ia harus memikirkan begitu banyak hal lain, kecuali Kṛṣṇa. Dan Kṛṣṇa berkata, man-manā bhava mad-bhakta. Sama sekali tidak ada kesulitan untuk menerima kesadaran Kṛṣṇa. Sama sekali tidak ada. Tetapi orang-orang tidak mau menerimanya, itulah kesulitannya. Mereka dengan segera akan membantahnya. Kūṭaka. Kṛṣṇa berkata, man-manā bhava mad-bhakta. Di mana bantahan yang menentang hal ini? Kamu berkata bahwa, mereka mungkin tidak memikirkan Kṛṣṇa, mereka mungkin tidak membicarakan Kṛṣṇa. Dan Kṛṣṇa berkata, man-manā bhava mad-bhakta. Inilah bantahannya, ini bukanlah filsafatnya. Filsafatnya itu sudah ada, secara langsung, bahwa kamu seharusnya melakukan yang seperti ini, itu saja. Kamu lakukanlah ini dan dapatkanlah hasilnya.

Kamu pergi untuk membeli sesuatu, harganya sudah pasti, kamu membayarnya dan kamu mengambil barang itu. Apa yang perlu diperdebatkan lagi? Jika kamu, jika kamu benar-benar serius mengenai hal itu, maka kamu boleh membayar harganya dan membawanya. Itulah nasihat dari Śrīla Rūpa Gosvāmī. Kṛṣṇa-bhakti rasa-bhāvitā-mati kriyatāṁ yadi kuto 'pi labhyate Jika saja, di suatu tempat, kamu bisa membeli pemikiran mengenai Kṛṣṇa, kṛṣṇa-bhakti rasa-bhāvitā mati. Itu telah kita terjemahkan menjadi "Kesadaran Kṛṣṇa." Jika saja, di suatu tempat, kamu bisa membeli kesadaran ini, kesadaran Kṛṣṇa ini, maka segeralah membelinya. Kṛṣṇa-bhakti rasa-bhāvita-mati, kriyatām, belilah itu, yadi kuto 'pi labhyate, jika itu tersedia di suatu tempat. Dan jika aku harus membelinya, maka berapakah harganya? Tatra laulyam ekaṁ mūlam. Na janma-koṭibhiḥ labhyate. Jika kamu ingin mengetahui berapa harganya, maka ia berkata bahwa harganya adalah keinginanmu atau hasratmu akan hal itu. Dan keinginan untuk mendapatkan hal itu, memerlukan waktu selama berjuta-juta kelahiran. Mengapa kamu menginginkan Kṛṣṇa? Seperti halnya beberapa waktu yang lalu saat kukatakan bahwa jika seseorang telah bertemu dengan Kṛṣṇa, maka ia akan menjadi tergila-gila kepada Kṛṣṇa. Itulah ciri-cirinya.